Friday, June 30, 2006

sebuah artian

untuk kata yang tak terucap
yang ingin disampaikan
bulan pada matahari
laut pada pantainya

senja menjelang
menunggu hitungan mundur
dengan sebuah rima teratur
diberi dengan label cinta
dan dihargai kehidupannya

sore merenung sendiri
menghentak kaki jazz nya
menopang dagu
tersenyum manja mengartikan cinta
sebisanya......setulusnya
sampai kelak mendapat makna.


RABBI sabarkan, kukuhkan
....hanya padanya seorang

Thursday, June 29, 2006

kado untuk ibu dihari jadiku

depok 23:57
perjalanan ini masih belum berakhir
summertime bernyanyi kencang di headphone.

beberapa menit
sebelum hari kelahiran usai,
belum juga kuicip masakanmu ibu.

muhasabah kehidupan

sebuah bintang di malam ke 29
di bulan juni yang saya kenal.

begitu sepi....
terpekur sendiri di keheningan.

peduli apa pada kesedihan
dan kesendirian.

sebuah muhasabah kehidupan
seperti bait-bait puisi ini
yang bekerja tak beraturan.

untuk seseorang lelaki seperti kamu,
dari dirimu sendiri, sebagai kado
ulang tahunmu
.

Tuesday, June 27, 2006

kubunuh sepimu

persetan dengan kesedihanmu
aku menghirup udara urban sekenanya
kotori rumit neuron syarafku.

persetan dengan gelapmu
kalau aku menari di atas dunia
memegang pisau riang gembira.

persetan dengan tawa segaris
jika kubakar rumah dukamu
dan kututup sudutmu.

mari kesini
kubunuh sepimu
ku rajam dukamu.

untuk siapa saja dalam gelap hidupnya

Friday, June 23, 2006

setaman sekedupan

setaman sekedupan
siapa itu dibalik sapaan ?
hilang sekejap,
dalam rima-rima biner dan hexa.

saat layar menjadi dunia
dan maya menjadi lautnya.
matahari di awal senja
jingga berbayang begitu bermakna.

violet kini terlupa
tinggal warna-warna cmyk.
begitu akrab
terhirup aorta hamba.

matahari di akhir senja,
matang tenggelam begitu bermakna.

Monday, June 19, 2006

sekali ini aku tidak berpuisi

RABBI sekali ini aku tidak berpuisi.

RABBI
aku tidak pernah bermimpi
menjadi badjingan yang menyebalkan
di hadapan para wanita.

maka beritahukan pada mereka
dengan cara yang aku tidak pernah fahami.

dan jika kelak nanti aku mati
aku tidak akan pernah menuntut jika mereka lupa.

Sunday, June 18, 2006

kepik busuk menari sendiri

1 siang, di panasnya kwitang
aku kepik busuk menari-nari.
tanya baca ratusan buku, kanan-kiri
melihat wajah si abang merah padam
karena ku tak juga beli.

4 sore, dimasjid senen
menyungkur sujud, meriba doa.

9 malam, di medan merdeka
sudirman,sarinah dan plaza indonesia
melihat lampu dan penjaga istana.
putar-putar bersama sahabat secangkir
teriaki pelacur yang sibuk nyengir.

2 pagi, di rumah loji
aku kepik busuk menangis sendiri
duduk simpuh, bersujud menutup tabir.

Saturday, June 17, 2006

sebuah sesi sujud di dhuha

11:35
di antara rumit kabel jaringan,pc dan gordyn tua
RABB......
aku mengetuk pintumu......
bukakan......
kubawa seperti biasa, sebuah hati kotor
untuk kau obati.......
sembuhkan......
sabarkan......
sampai kelak senja umurku nanti.

Monday, June 12, 2006

mimpi-mimpi pelangi

malam itu pelangi datang
dengan stelan kaus putihnya.

ia mulai menyapa, dan kunang-kunang
jauh dr manhattan datang turut berkata.

ia tersenyum, dan ribuan kupu-kupu florida
terbang dari belakang rambutnya yg terurai.

lalu ia sedikit bercerita, dan colibri-colibri
bogota, datang bertengger diujung senyumnya.

tiba-tiba tempat itu menjadi kebun dandelion
dirinya menjelma menjadi layang-layang.

lihat itu di mega-mega sibuk sendiri menari,
aku berjongkok menopang dagu,
tersenyum bahagia melihatnya tertawa.........

aku begitu bahagia, karena kau,
tidak bisa menjadi dirinya........

biarkan hanya ia.....
yang kelak kan kutemui di sebuah jingga.

Tuesday, June 06, 2006

tus

untuk sebuah hati kuberi cuma-cuma
untukmu dengan cinta di dalamnya.
kau mau ?

jingga matahahari di balik jembatan tiga
muda-muda jalan berkelana,
tuts-tus menunggu rupa dalam hitungan
biner dan hexa.

semburat rel tua itu termakan aspal
dan berbondong-bondong beban menaikinya.
seperti wajahmu yg selalu teringat
di antara dua bilik jantungku,
robek saja kalau tak percaya.

3 kurang limabelas
di pagi yg buta, mataku lebam
begadang semalaman.
berfikir bagaimana dirimu esok pagi nanti
betapa cinta.............

tus ada bunga disana.....kupetik
dan kuberikan, sisanya kau yg lakukan.

Sunday, June 04, 2006

putih itu kamu

kutangkap pertama saat berjumpa kau di ruang imajinasiku.
sebuah sosok yg kelihatan begitu erat dengan keseharian
seolah lama menjadi bagian hidup, dalam nafas, langkah
dan kata-kata..........

begitu berani dengan pena, seolah di genggam bagai bayonet
tentara.
teringat seperti sebuah puisi untuk pramoedya "beri kami pena"
akh apa ini mimpi? tapi kenapa begitu nyata? sebuah
dejavu dirumah kaca di lembang, beberapa tahun silam.

entah kenapa neuron-neuron ini bertaut kencang, berdegup
seperti lokomotif-lokomotif tua di sebrenica....
tempat aroma dan rasa....begitu menyambut sosok mu.
bagai sebuah bunga yang kupotret kemarin sore.

seperti ku kenal lama bunga ini, seperti dirimu...
walau hanya malam itu kita bertemu.
tuts ini tidak berhenti bicara, tentang dirimu,
tentang cinta, dan kepalan tangan diluar sana.
tidak...aku tidak boleh malu, tidak boleh bersembunyi.

kututup pintu grayscale itu, kumasuki dunia penuh warna
biar saja semua tau kalau aku jatuh cinta.
buga itu putih, seperti bajumu malam itu.......
seperti hati yang kau punya di dalam dirimu.

dunia yg grayscale

aku tak mau lagi melangkah mundur ke dunia grayscale itu !
tempat memori terus mengusik dan membunuhku.
tak mau lagi jejakkan kaki ini walau hanya sedikit.
terlalu lama aku terjebak di antara,
rumput teki yang berduri. akh....betapa benci.

di sini kutemukan cinta itu, bukan terserpih percuma
seperti kristal kaca yang kau pecahkan
dalam diam dan sepimu.
atau panas tetanus yang kau bungkus dengan tawa renyahmu.
aku tak mau lagi masuk ke dunia grayscale itu,
disini ada pelangi yg indah, bunga lily yg putih,
jurnalis yang manis dan udara malam yang hangat,
berwarna jingga. hahahahaha.....aneh
kutemukan di dalam gurih cheese burger.

Saturday, June 03, 2006

burung manyar

burung manyar itu terbang tinggi di jernihnya udara solo, sekali hinggap pada tralis rumah loji tempatku berteduh. jam menunjuk pukul 9 pagi entah mengapa bau karat dan plitur membuatku teringat pulau buru, pak pram dan gadis berbaju putih di malam itu.......betapa misteri. sambil kubuka secarik kertas.................
.........This Earth of Mankind
Pramoedya Ananta Toer
This Earth of Mankind
Chapter 1
People call me Minke.
"My own name ... for the time being I need not tell it. Not because I'm crazy for mystery. I've thought about it quite a lot: I don't really need to reveal who I am before the eyes of others"